MAKNA BERSYUKUR BUAT
KAMU?
Aduuhhh...
KIMIA oh KIMIA, kapan sih selesenya? Malem itu udah stress banget ama yang
namanya CHEMISTRY. Telpon sana sini, tetep aja gk ada hasil.. no one can
do it! Ditengah rasa galauku gak bisa ngerjain KIMIA, tiba-tiba dy malah sms.
Bete’ bgtt, ni orang sms bukannya ngasih solusi tp malah nambahin masalah..
seperti biasaa DEBAT tentang GURU KIMIA! Hmm.. kapan sih ni orang bisa
mengahargai guru dan mensyukuri segala yang telah terjadi?? Aku tau, beliau
emang sering kali bikin kita pusing dengan tugas-tugasnya, tapi itu semua jg
buat kebaikan kita kan? Siapa tau dengan segala metode yang beliau ajarkan itu,
kita akan lebih memahami segala materinya. Penjelesanku panjang lebar ke dia
gak berarti sama sekali, tetap saja.. dia benci dengan beliau. Orang seperti
itu, apa iya, bisa mendapat ilmu yang bermanfaat?? Kalau hanya sekedar
menghargai guru dan sekolahnya saja sangat sulit baginya. Aku tau, sekarang dia
sudah bukan lagi murid di sekolahku, tp apa jadinya? Jika semua murid berlaku seperti
itu?? Percuma pendidikan aqidah, akhlak, dan lain sebagainya yang telah
diajarkan selama 6tahun pada kita, kalau toh akhirnya setelah “LULUS” hanya
bisa menyalahkan sistim sekolah, guru, dan kejelekan mutunya. Dia bilang, itu
bukan berarti dia gak bersyukur, tapi justru itu salah satu bentuk kesadaran
dia selama ini. Aku tau, mungkin pemikiran dia jg gak sepenuhnya salah.. tapi,
menurut ku itu semua sudah takdir terbaik ALLAH yang Dia kasih buat kita semua.
Belum tentu, jika kita bersekolah ditempat yang menurut kita baik itu sudah pasti
berakibat baik buat kita, semua sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Apa aku
salah? Jika aku menasehatinya untuk berhenti membicarakan kejelekan sekolahnya
dan kebenciannya yang berlebihan terhadap salah satu guru kami? Menurutku itu
merupakan hal negatif yang hanya akan membawa dampak buruk bagi diri kita
sendiri, karena seperti yang kita tahu.. tidak ada satupun guru yang ingin
menjerumuskan anak didiknya dalam suatu keburukan. Tapi, apa boleh dikata
usahaku untuk menyadarkannya tak membuahkan hasil. Dia justru bekata padaku,
jika “dunia tak seindah negri dongeng, seperti yang aku bayangkan”, apa
kata-kataku tadi terlihat seperti sebuah dongeng???, aku semakin bingung dengan
segala pemikirannya. Dia selalu saja menganggapku seperti anak kecil yang belum
saatnya membahas hal-hal itu. Aku lelah dengan semua yang ia katakan, mungkin
memang benar laki-laki itu seringkali tidak memperhatikan perasaan seseorang
ketika ia berbicara. Entah, bagaimana akhirnya nanti.. semoga suatu saat nanti
ia dapat menyadari segala maksud dan niat baikku. Amiin..