Halaman

(^_^)

Senin, 27 Agustus 2012



MAKNA BERSYUKUR BUAT KAMU?

Aduuhhh... KIMIA oh KIMIA, kapan sih selesenya? Malem itu udah stress banget ama yang namanya CHEMISTRY. Telpon sana sini, tetep aja gk ada hasil.. no one can do it! Ditengah rasa galauku gak bisa ngerjain KIMIA, tiba-tiba dy malah sms. Bete’ bgtt, ni orang sms bukannya ngasih solusi tp malah nambahin masalah.. seperti biasaa DEBAT tentang GURU KIMIA! Hmm.. kapan sih ni orang bisa mengahargai guru dan mensyukuri segala yang telah terjadi?? Aku tau, beliau emang sering kali bikin kita pusing dengan tugas-tugasnya, tapi itu semua jg buat kebaikan kita kan? Siapa tau dengan segala metode yang beliau ajarkan itu, kita akan lebih memahami segala materinya. Penjelesanku panjang lebar ke dia gak berarti sama sekali, tetap saja.. dia benci dengan beliau. Orang seperti itu, apa iya, bisa mendapat ilmu yang bermanfaat?? Kalau hanya sekedar menghargai guru dan sekolahnya saja sangat sulit baginya. Aku tau, sekarang dia sudah bukan lagi murid di sekolahku, tp apa jadinya? Jika semua murid berlaku seperti itu?? Percuma pendidikan aqidah, akhlak, dan lain sebagainya yang telah diajarkan selama 6tahun pada kita, kalau toh akhirnya setelah “LULUS” hanya bisa menyalahkan sistim sekolah, guru, dan kejelekan mutunya. Dia bilang, itu bukan berarti dia gak bersyukur, tapi justru itu salah satu bentuk kesadaran dia selama ini. Aku tau, mungkin pemikiran dia jg gak sepenuhnya salah.. tapi, menurut ku itu semua sudah takdir terbaik ALLAH yang Dia kasih buat kita semua. Belum tentu, jika kita bersekolah ditempat yang menurut kita baik itu sudah pasti berakibat baik buat kita, semua sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Apa aku salah? Jika aku menasehatinya untuk berhenti membicarakan kejelekan sekolahnya dan kebenciannya yang berlebihan terhadap salah satu guru kami? Menurutku itu merupakan hal negatif yang hanya akan membawa dampak buruk bagi diri kita sendiri, karena seperti yang kita tahu.. tidak ada satupun guru yang ingin menjerumuskan anak didiknya dalam suatu keburukan. Tapi, apa boleh dikata usahaku untuk menyadarkannya tak membuahkan hasil. Dia justru bekata padaku, jika “dunia tak seindah negri dongeng, seperti yang aku bayangkan”, apa kata-kataku tadi terlihat seperti sebuah dongeng???, aku semakin bingung dengan segala pemikirannya. Dia selalu saja menganggapku seperti anak kecil yang belum saatnya membahas hal-hal itu. Aku lelah dengan semua yang ia katakan, mungkin memang benar laki-laki itu seringkali tidak memperhatikan perasaan seseorang ketika ia berbicara. Entah, bagaimana akhirnya nanti.. semoga suatu saat nanti ia dapat menyadari segala maksud dan niat baikku. Amiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar